Maulid merupakan hari besar yang dirayakan oleh sebagian besar umat Islam di Indonesia. Tentunya tujuan perayaan ini semata rasa bersyukur dan rasa bahagia atas lahirnya Nabi Muhammad SAW. Uniknya, di beberapa wilayah terdapat tradisi saat acara maulid yang sudah membudaya. Terutama di kalangan masyarakat Jawa baik di kota maupun yang tinggal di pedesaan.
Di sini, kami akan menjelaskan beberapa tradisi yang biasanya ada pada waktu maulid. Sehingga masyarakat semakin paham kalau sejatinya tradisi spiritual telah mengakar di Indonesia. Dan kalangan pemuda harus menjaga tradisi tersebut supaya tidak hilang. Selama masih mengandung nilai positif dan tidak dilarang agama. Ini dia tradisi yang dimaksud:
1. Pengajian Tarikh (Sejarah)
Ketika masuk ke bulan Rabiul Awal atau bulan maulud, biasanya sebagian besar masjid dan musholla akan menggelar pengajian tarikh atau sejarah. Tentunya sejarah yang dikupas tentang perjuangan Nabi Muhammad SAW dari kecil sampai wafat. Ini tradisi spiritual yang populer. Sampai terkadang mendatangkan ulama yang terkenal untuk mengisi pengajian tersebut.
Pengajian tarikh ini sejatinya diadakan untuk menyemangati kembali umat Islam. Supaya lebih cinta kepada Nabi Muhammad SAW sekaligus lebih termotivasi untuk menjalankan sunnah-nya. Seharusnya acara semacam ini dibuka untuk umum seluas-luasnya. Terutama untuk kalangan pemuda dan pemudi yang jiwa spiritual-nya masih lemah.
2. Melantunkan Syair kepada Nabi
Ketika tiba bulan maulid, masjid, musholla, langgar dan rumah-rumah penduduk ramai dengan lantunan syair. Ada dua jenis syair yang dibaca yaitu Ad Diba’i dan Barzanji. Di dalam syair ini berisi tentang sejarah lahirnya Nabi Muhammad SAW. Terkadang lantunannya diiringi dengan memukul rebana yang di Madura disebut Gendhang.
Tata caranya sederhana yaitu kyai atau ustadz akan melantunkan lalu diikuti oleh jemaahnya. Irama yang digunakan cukup liris sehingga membuat jemaah lebih khusu’. Bahkan ada jemaah yang sampai menangis karena merenungkan betapa sulitnya perjuangan Nabi Muhammad SAW. Dari sinilah, diharapkan akan muncul benih-benih cinta dari dalam jiwa umat Islam.
3. Pawai Ta’aruf Maulid
Ada yang unik ketika sudah masuk ke bulan Rabiul Awwal yaitu adanya pawai Ta’aruf. Biasanya kegiatan ini diikuti oleh anak-anak yang belajar mengaji di masjid atau langgar.
Anak akan berjalan kaki dari start dan finish di depan masjid yang akan menyelenggarakan acara maulid. Aksesoris yang digunakan tidak mewah seperti obor bahkan ada yang membawa bendera merah putih berukuran kecil.
Pawai Ta’aruf merupakan kegiatan yang paling dinanti oleh anak-anak santri. Bahkan ada yang sore hari sudah minta diantarkan untuk hadir di langgar dan musholla-nya. Padahal pawai tersebut baru dilepas sehabis sholat Isya’. Maka dari itu, setiap bulan maulid, jalanan pasti ramai dengan anak-anak yang mengikuti pawai.
4. Para Pemuda Menabuh Rebana
Tradisi saat acara maulid yang selanjutnya ialah para pemuda menabuh rebana. Di Madura, tradisi ini disebut hadrah yang terkadang diiringi oleh rudat. Gerakan tari seirama yang dilakukan sambil duduk. Ada juga yang disebut banjari, yaitu hadrah tetapi melibatkan banyak pemuda. Biasanya kalau hadrah klasik hanya 7 pemuda kalau banjari bisa belasan pemuda.
Ini juga termasuk kegiatan yang positif terutama bagi kalangan pemuda. Apalagi di dalamnya berisi syair-syair islami yang dilantunkan oleh pemimpin grup yang disebut Hadi. Daripada para pemuda mengerjakan hal-hal maksiat. Kan lebih bagus dilatih memukul rebana sembari meningkatkan rasa cinta kepada Nabi.
Nah, grup-grup hadrah semacam ini kadang juga diundang untuk acara lain. Seperti diundang untuk acara resepsi, ulang tahun, menerima tamu bupati maupun even antar kabupaten. Dari ini mereka akan mendapatkan fee atau bayaran. Termasuk juga bakal mendapatkan suguhan berupa makanan dan selainnya.
5. Mengundang Tetangga untuk Maulidan Bersama
Sudah dijelaskan di atas kalau maulid tidak hanya dilaksanakan di masjid, musholla dan langgar saja. Tetapi, masyarakat juga banyak yang melaksanakan kegiatan tersebut secara personal. Mereka akan mengundang kyai dan tetangga untuk melantunkan syair maulid di rumahnya. Alhasil, ada silaturahmi yang terjalin di sana. Bahkan terkadang tuan rumah bersedekah dalam bentuk suguhan sederhana.
Ini sesungguhnya tradisi yang ingin membentuk hubungan sosial yang bagus. Apalagi kalau yang mengadakan di masjid. Maka banyak masyarakat yang datang hanya untuk memberikan suguhan supaya bisa dinikmati oleh jemaah. ini tidak dipaksa dan juga tidak diminta.
6. Lomba-Lomba Islami
Bulan maulid terkadang dijadikan ajang oleh anak-anak dan remaja untuk mendulang prestasi. Karena pada waktu itu, banyak masjid besar yang mengadakan lomba-lomba islami. Seperti lomba adzan, tahfidz dan tartil, hadrah, nasyid Islami hingga lomba cerdas cermat seputar keislaman. Tentunya ini aktifitas yang positif terutama untuk membangkitkan semangat anak agar bisa berprestasi di bidang yang lain.
Lomba-lomba ini biasanya dilaksanakan satu minggu sebelum pengajian maulid di masjid di kampung tersebut. Sedangkan acara puncak atau acara final adalah satu hari sebelumnya. Nah, untuk penerimaan hadiah dilaksanakan sebelum acara pengajian atau setelahnya. Luar biasanya, anak-anak tetap sabar menunggu sekalipun acara sampai larut malam.
Itulah beberapa tradisi saat acara maulid yang telah membudaya di sebagian wilayah Indonesia. Seharusnya ini dijadikan momentum untuk meningkatkan jiwa spiritual masyarakat. Pasalnya di dalamnya banyak nilai-nilai positif yang bisa diambil dan dipraktekkan.
Yang paling penting, ketika sudah tiba bulan maulid, ialah meningkatkan semangat untuk menjalankan sunnah Nabi. Karena itulah, bukti cinta yang sebenarnya dan keinginan untuk berjumpa dengan beliau kelak. Sedangkan tradisi saat acara maulid di atas hanya sebatas hiburan saja yang sekaligus penanda kalau umat berbahagia dengan lahirnya bulan mulia tersebut.
Dalam rangka meningkatkan syiar Islam, maka acara2 semacam ini perlu terus dilaksanakan, walaupun ada kalangan yg membid’ahkan acara perayaan maulid nabi besar Muhammad SAW. Teruslah benulis utk mencerdaskan ummat, selamat pak Agus Heriyanto. Coba sesekali pak Agus, menghadiri perayaan maulid nabi besar Muhammad SAW di Aceh, lebih meriah.