Mpok Yuyun sedang galau. Mikirin apa lagi kalau bukan kelakuan suaminya, Bang Pepen. Sampai-sampai, gara-gara kelakuan suaminya itu, Mpok Yuyuk kepingin menjadi detektif. Ceritanya, sudah sebulan kelakuan Bang Pepen berubah. Menunjukkan gejala-gejala yang mirip dengan yang dibaca Mpok Yuyun di tabloid gosip tentang “Sepuluh Tanda-tanda Suami Selingkuh.”
Salah satu tandanya adalah setiap pulang kerja hampir selalu tengah malam, begitu datang langsung wangi breng-brengan. Sejak itu, setiap mau nyuci baju suaminya, Mpok Yuyun selalu menggeledah seluruh isi kantong baju dan celananya, sambil berharap bisa menemukan petunjuk berikutnya.
Selama lima tahun mereka menikah dan mempunyai dua orang anak, Bang Pepen belum pernah macam-macam. Walaupun penghasilannya sebagai sopir angkot selalu pas-pasan, hidup mereka baik-baik saja.
Beberapa bulan belakangan, Bang Pepen sering mengeluh bahwa penghasilannya sudah banyak berkurang, karena penumpang angkotnya beralih menggunakan ojek online. Ia ingin mencari pekerjaan sampingan tapi tidak punya keahlian apa-apa selain menyetir mobil.
Pelan-pelan, Bang Pepen berhenti mengeluhkan penghasilannya tetapi kelakuannya menjadi aneh. Biasanya paling lambat jam sembilan malam ia sudah pulang ke rumah, tetapi sekarang ia selalu sampai di rumah larut malam, bahkan kadang-kadang menjelang subuh. Pakaian yang dipakainya setiap hari masih tidak berubah, tapi setiap ia pulang selalu tercium bau minyak wangi perempuan, di bajunya juga pernah ada bekas lipstik yang menempel.
Lebih aneh lagi, suaminya itu juga lebih memperhatikan penampilannya. Ia mencukur habis kumis dan cambang di wajahnya sehingga terlihat lebih rapi. Setiap Mpok Yuyun bertanya pada Bang Pepen, kemana saja ia pergi sampai larut malam ataupun kenapa bajunya bau minyak wangi, ia tidak pernah mendapat jawaban yang jelas. Suaminya hanya menjawab pendek pendek, jika dipaksa terus ia akan marah-marah. Ia juga kelihatan sangat lelah dan malas menjawab pertanyaan-pertanyaan Mpok Yuyun.
Karena putus asa tidak mendapat jawaban dari semua kecurigaannya, Mpok Yuyun mencoba mencari jawabannya sendiri. Diam-diam ia memeriksa ponsel suaminya tetapi tidak menemukan apa-apa yang mencurigakan. Ia juga bertanya kepada teman-teman suaminya sesama supir angkot, tapi tidak ada yang tahu kemana suaminya pergi sampai tengah malam.
Mpok Yuyun tidak kehabisan akal. Ia memutuskan untuk mengikuti suaminya secara diam-diam seperti dalam film detektif yang ditontonnya di televisi. Setelah berhari-hari menyusun rencana, pada malam Minggu setelah salat Isya, ia keluar rumah memakai baju hitam, celana hitam dan kerudung panjang yang juga hitam.
Kemudian, ia minta diantar oleh si Juki, tukang ojek pangkalan yang sudah dikenalnya. Untuk melengkapi aksi detektifnya, ia memakai masker dan helm full face yang menampakkan hanya bagian matanya saja. Ia merasa senang ketika tetangga yang berpapasan di jalan tidak mengenalinya lagi. Tercapai sudah keinginan Mpok Yuyun untuk menjadi detektif.
Tujuan pertamanya adalah pangkalan angkot yang juga merupakan rumah dari bos angkot tempat suaminya bekerja. Setibanya di sana, ia meminta si Juki untuk memarkir motornya di seberang jalan di bawah pohon yang agak gelap.
Setelah hampir setengah jam menunggu, ia melihat angkot yang dikemudikan Bang Pepen memasuki halaman besar rumah bosnya. Tidak sampai sepuluh menit Bang Pepen terlihat sudah berjalan keluar rumah setelah memarkir angkotnya.
Mpok Yuyun melihat Bang Pepen memberhentikan ojek yang lewat dan langsung naik ke boncengannya. Mpok Yuyun pun segera naik ke boncengan motor si Juki yang langsung mengikuti ojek yang dinaiki Bang Pepen. Kedua motor melaju di sepanjang jalan Jakarta yang kebetulan tidak macet. Dari pangkalan angkot di daerah Jatinegara mereka sudah melaju sampai ke Jalan Latuharhari di daerah Menteng.
Tepat di bawah jembatan di dekat Pasar Blora, ojek Bang Pepen berhenti. Terlihat Bang Pepen turun dari ojek dan berjalan cepat-cepat menuju ke rel kereta di bawah jembatan dan menghilang di sana. Mpok Yuyun dan si Juki yang selalu menjaga jarak agar tidak terlalu dekat, sudah langsung memarkir motor dan berlari ke arah menghilangnya Bang Pepen, tetapi mereka terlambat. Bang Pepen sudah menghilang dan mereka kehilangan jejak.
Malam itu, lampu jalan tidak semuanya menyala sehingga suasana menjadi remang-remang. Setelah beberapa saat mencari di sekitar rel kereta api tanpa hasil, dengan putus Mpok Yuyun dan si Juki kembali ke tempat mereka memarkir motor.
Mereka menumpang duduk di bangku milik pedagang rokok di samping kios kecilnya. Lampu hanya menerangi bagian depan kios saja, sehingga tempat mereka duduk masih cukup gelap dan sangat cocok untuk melakukan pengintaian. Mpok Yuyun memasang masker di wajahnya agar tidak bisa dikenali.
Beberapa wanita dengan dandanan cukup menor dan pakaian sexy terlihat berdiri di bawah jembatan. Mobil-mobil yang lewat memperlambat jalannya, penumpangnya membuka kaca mobil untuk melihat wanita-wanita itu. Satu dua wanita datang menghampiri mobil yang berhenti kemudian berbicara dengan orang di dalam mobil, entah apa yang mereka bicarakan.
Si Juki hampir tidak berkedip melihat pemandangan indah di sekelilingnya, lupa pada tujuan awal datang ke tempat itu. Mpok Yuyun juga masih melepaskan lelah sambil menghabiskan minuman yang dibelinya. Wanita yang datang semakin bertambah, beberapa dari mereka saling mengobrol sambil merokok.
Mpok Yuyun memandang ke arah dua orang wanita yang berdiri di pinggir jalan sambil mengobrol. Jarak antara mereka berdiri dengan warung rokok tempat Mpok Yuyun duduk kurang lebih sepuluh meter. Salah satu wanita itu memakai blus jaring-jaring merah dengan celana pendek ketat warna putih, mirip bendera yang akan dikerek.
Wanita di sebelahnya memakai baju kaos terusan mini yang ketat warna hitam putih motif macan loreng. Tubuh mereka tinggi dan langsing seperti model. Wajah mereka tidak terlihat jelas karena ia hanya bisa melihat mereka dari samping. Mpok Yuyun ingat bahwa untuk menjadi detektif, ia hanya boleh memantau dari kejauhan.
Sebuah mobil yang baru datang ke dekat tempat Mpok Yuyun duduk memperlambat jalannya. Lampu mobil yang sangat terang menyorot ke arah kedua wanita, yang sedang berjalan mendekati mobil itu, sehingga Mpok Yuyun bisa melihat wajah mereka dengan jelas.
Betapa kagetnya Mpok Yuyun ketika melihat bahwa kedua wanita itu ternyata … waria! Ketika pandangannya terhenti di wajah si macan loreng, jantungnya terasa akan meloncat ke luar. Walaupun dipoles dengan make up tebal dan lipstik merah menyala, ia masih bisa mengenali wajah … Bang Pepen !!!
Ngeri ngeri sedap, ikutan jadi detektif membaca cerita ini