“Apa itu inner child?”
“Itu loooh… Judul lagunya BTS, boyband ternama dari Korea. Lagunya keren, Kak!”
“Stop! Bahasan kita kali ini bukan tentang boyband.”
“Lantas, tentang apa, Kak?”
“Oke, sekarang serius! Karena bahasan kali ini, walaupun singkat, tetap memerlukan penghayatan. Ehem!”
Istilah inner child pasti sudah tidak asing bagimu. Atau setidaknya, istilah ini pernah terdengar atau sekilas pernah kamu baca. Secara umum, istilah inner child merupakan sebuah konsep yang digunakan untuk menggambarkan “sifat kanak-kanak” dalam diri seseorang, terutama orang dewasa.
Inner child selalu ada dalam diri tiap orang. Disadari ataupun tidak, inner child akan mempengaruhi sikap seseorang dalam membuat keputusan, ketika berhadapan dengan masalah, dalam menjalani hubungan sosial dengan lingkungan sekitar, dan dalam melakukan pola asuh anak.
Konsep ini juga meliputi ingatan dan emosi yang pernah dialami seseorang di masa kecilnya. Baik yang indah maupun yang buruk. Pastinya, tiap orang memiliki inner child yang berbeda. Perbedaan tersebut terbentuk dari pengalaman masa kanak-kanak tiap orang yang berbeda-beda juga.
Beberapa di antaranya mungkin harus melewati pengalaman yang penuh luka dan perjuangan. Luka batin di masa kecil inilah yang kemudian dikenal dengan istilah innerchild wound.
Disadari ataupun tidak, inner child wound dapat berperan dalam pembentukan karakter negatif seseorang. Pernah nonton tidak, dalam cerita-cerita detektif, seringkali kita melihat polisi atau psikolog kriminal menelusuri masa kecil seorang pelaku kejahatan, untuk mengetahui penyebab dia melakukan pelanggaran hukum?
Nah, hal tersebut ada alasannya, loh. Alasannya adalah karena perilaku seseorang ketika dewasa seringkali terkait dengan masa kecilnya.
Coba cermati, apakah kamu atau seseorang di sekitarmu memiliki inner child wound? Berikut adalah beberapa ciri yang umum terdapat pada seseorang yang mengalami inner child wound.
1. Terus-menerus Diliputi Ketakutan yang Berlebihan
Setiap orang pasti memiliki rasa takut. Namun, ketakutan yang dimaksud di sini adalah ketakutan yang berlebihan. Dia selalu merasa bahwa orang-orang di sekitarnya akan meninggalkannya.
Selain itu, dia juga sering merasa tidak pantas untuk dicintai yang kemudian menimbulkan rasa cemas yang juga berlebihan. Rasa takut dan cemas yang berlebihan ini dapat berbahaya jika tidak segera diatasi.
2. Tidak Memiliki Rasa Percaya Diri
Orang yang memiliki inner child wound sering meragukan potensi dalam dirinya. Dia selalu membandingkan dirinya dengan orang lain. Hal ini menyebabkan mereka kerap mengkritisi diri sendiri tanpa henti. Akibatnya pencapaian yang seharusnya bisa dengan mudah dia raih, kandas. Kegagalan atau kehilangan beberapa kesempatan tersebut dapat menenggelamkan rasa percaya dirinya.
3. Sering Merasa Bersalah Tanpa Sebab
Rasa bersalah akan muncul setelah melakukan kesalahan kepada orang lain. Namun, bagaimana jika seseorang sering merasa bersalah padahal sesungguhnya dia tidak salah? Hal ini dapat menjadi salah satu ciri seseorang yang mengalami inner child wound.
Kemungkinan besar, dia sering membuat kesalahan di masa kecilnya. Namun, penanganan atas kesalahan yang dilakukannya sangat buruk. Seperti dimarahi dengan kalimat-kalimat kasar, dibentak, dipukul, bahkan dikurung. Jika hal tersebut dialaminya terus-menerus, inner child wound yang dialaminya pastilah sangat besar. Akan sulit baginya untuk sembuh dari luka tersebut.
4. Memiliki Perangai Buruk Akibat Emosi yang Tidak Stabil
Emosi yang tidak stabil contohnya begini. Seseorang yang dalam keadaan senang, tiba-tiba tanpa alasan khusus menjadi sangat marah tanpa kendali. Pengalaman buruk seperti mendapatkan kekerasan selama masa kanak-kanak, atau kurangnya kasih sayang dapat menjadi faktor penyebab ketidakstabilan emosi tersebut.
5. Sangat Membenci Kegagalan
Berbeda dengan poin sebelumnya, yaitu kehilangan rasa percaya diri, maka ciri berikut adalah sebaliknya. Seseorang menjadi terlalu kompetitif akibat inner child wound.
Bagi orang yang memiliki inner child wound, kegagalan adalah musuh terbesarnya. Dia frustrasi jika mengalami kegagalan. Hal ini dapat saja terjadi, karena ketika masih kecil dia seringkali dimarahi atau dianggap tidak berarti ketika mengalami kekalahan.
“Kak! Boleh tanya?”
“TIDAK! TIDAK BOLEH!!!”
“Loh, kok tiba-tiba galak? Emosi tidak stabil. Kakak juga mengalami inner child wound?
“Ternyata kamu paham. Oke. Mau tanya apa tadi?”
“Mmm… Bisa nggak Kakak jelasin apa aja jenis inner child wound?”
Sebagai tambahan informasi, sebaiknya kamu memang perlu tahu apa saja jenis inner child wound. Mudah-mudahan informasi ini dapat bermanfaat untuk mencari solusi bagi dirimu atau siapa saja, yang sedang menjalankan proses penyembuhan dari inner child wound yang dialami.
1. Trust Wound (Luka Akibat Kepercayaan)
Inner child wound jenis ini adalah luka yang diakibatkan oleh rusaknya kepercayaan seorang anak dari orang yang dicintainya. Misalnya, perpisahan kedua orang tua yang merusak kepercayaan anak terhadap perlindungan dan keutuhan keluarga.
Trust wound menimbulkan kondisi ketakutan akan disakiti, kehilangan rasa percaya diri, kehilangan rasa aman, mencuatkan rasa rendah diri. Dia pun akan mencari berbagai alasan untuk tidak mempercayai orang lain.
2. Abandonment Wound (Luka Akibat Ditinggalkan)
Abandonment wound adalah luka masa kecil akibat ditinggalkan oleh orang-orang yang berarti dalam hidup, seperti orang tua ataupun sahabat. Kematian, perpisahan orang tua, dan hal kecil yang berulang dapat menjadi pemicunya. Contoh “hal kecil yang berulang” misalnya ibu yang sering meninggalkan anaknya untuk bekerja, tanpa memberi pengertian apa-apa kepada di anak. Si anak akan terus mencari ibunya sambil menangis.
Abandonment wound akan menyebabkan kondisi-kondisi seperti benci akan kesendirian, sangat sensitif terhadap kepergian seseorang, memiliki ketergantungan yang besar terhadap orang lain, dan ada kalanya mengancam untuk meninggalkan seseorang.
3. Neglect Wound (Luka Akibat Diabaikan)
Luka akibat diabaikan seringkali membuat seseorang sulit merelakan suatu hal. Kemungkinan, dia pun memiliki rasa harga diri yang rendah, mudah menunjukkan amarah, dan menjadi pribadi yang sulit menolak atau berkata tidak.
Neglect wound ditandai dengan seringnya seseorang menahan berbagai emosi yang dirasakan. Dia pun cenderung tertutup.
4. Guilt Wound (Luka Akibat Perasaan Bersalah)
Guilt wound diakibatkan oleh perasaan bersalah atas kesalahan di masa lalu. Kesalahan tersebut terus menghantui perasaannya, karena mengakibatkan kemarahan atau kekecewaan pada orang yang dicintainya. Contohnya, orang tua yang memarahi anaknya dengan sangat emosional, sampai-sampai disertai dengan kekerasan verbal ataupun fisik.
Kondisi yang ditimbulkan guilt wound dapat berupa rasa rendah diri, merasa buruk, menggunakan perasaan bersalah untuk memanipulasi, dan sangat emosional terhadap orang-orang yang membuatnya merasa bersalah.
Sadarilah bahwa diri ini punya inner child yang butuh untuk diterima, dirangkul, dihibur, diperhatikan, dimengerti, dan dicintai. Banyak orang dewasa yang tumbuh tanpa masa kanak-kanak yang stabil dan penuh kasih.
Anak-anak yang tumbuh di lingkungan stabil dan penuh kasih akan memiliki inner child yang sehat, seimbang, dan positif yang penuh dengan kebahagiaan, cinta, dan kepercayaan pada orang-orang di sekitar mereka.
Jika ciri-ciri inner child wound ada pada dirimu, mari berusaha berdamai dengannya. Ajaklah versi dewasamu untuk berbincang dengan anak kecil dalam dirimu untuk mencari tahu hal apa saja yang mengganggumu. Kemudian, berdamailah dengannya dan bersiap menghadapi masa depan dengan saling menguatkan.
“Kalau begitu, sekarang Kakak harus janji jangan sering marahin aku.”
“Kenapa?”
“Karena kalau sering dimarahi, nanti aku mengalami inner child wound.”
“Iya, deh. Kakak janji.”
“Tapiii… aku barusan ngerusakin hape Kakak. Gak sengaja keinjek. Karena kaget, hape Kakak malah ketendang, trus nyemplung ke got.”
“APAAA???!!!”
“Inget janji Kakak.”
“GRAAAHGX@FTRHG#JKXSHH!!!!”
Comment